Trauma bonding adalah ikatan emosional yang kuat dan sulit diputus antara seseorang dengan pelaku kekerasan atau penyiksaan, biasanya dalam hubungan yang tidak sehat. Trauma bonding terbentuk melalui siklus perilaku kasar yang diselingi dengan kasih sayang, perhatian, atau manipulasi dari pelaku. Hubungan ini dapat terjadi antara pasangan, orang tua dan anak, atau bahkan dalam situasi sosial seperti hubungan pertemanan dan kerja.
Penyebab Trauma Bonding
Trauma bonding sering kali muncul karena adanya pola siklus kekerasan yang melibatkan:
- Perilaku Kekerasan: Pelaku sering menunjukkan kekerasan fisik, emosional, atau verbal yang membuat korban merasa takut dan terintimidasi.
- Kasih Sayang Setelah Kekerasan: Setelah perilaku kasar, pelaku memberikan perhatian atau “kasih sayang” kepada korban, membuat korban merasa dipedulikan. Ini bisa berbentuk permintaan maaf, hadiah, atau janji untuk berubah.
- Ketergantungan Emosional: Korban sering merasa bergantung secara emosional pada pelaku karena adanya rasa nyaman atau “cinta” yang diberikan setelah kekerasan terjadi.
- Manipulasi dan Gaslighting: Pelaku seringkali memanipulasi pikiran korban atau membuat korban meragukan persepsi mereka sendiri. Ini membuat korban merasa bertanggung jawab atau merasa bahwa mereka pantas diperlakukan seperti itu.
Ciri-ciri Trauma Bonding
Beberapa tanda trauma bonding meliputi:
- Sulit Melepaskan Diri: Korban merasa sangat sulit meninggalkan hubungan, meskipun tahu bahwa hubungan tersebut tidak sehat.
- Memaafkan Perilaku Kasar: Korban sering memaafkan perilaku kasar atau mengabaikan kekerasan yang dialami karena merasa itu “bagian dari cinta.”
- Rasa Takut dan Ketergantungan: Korban merasa takut kehilangan pelaku namun juga takut berada dalam hubungan tersebut, yang menciptakan kebingungan emosional.
- Merasa Bertanggung Jawab: Korban merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk “memperbaiki” pelaku atau merasa bahwa mereka bersalah sehingga pantas mendapatkan kekerasan.
- Mengidealkan Pelaku: Korban sering mengabaikan sisi negatif pelaku dan fokus pada saat-saat “baik” atau “manis” dalam hubungan.
Cara Mengatasi Trauma Bonding
- Pahami dan Terima Situasi: Sadari bahwa Anda berada dalam hubungan yang tidak sehat dan tidak harus bertahan demi menjaga perasaan pelaku.
- Buat Jarak dari Pelaku: Jaga jarak dari pelaku, baik secara fisik maupun emosional. Jika memungkinkan, putuskan kontak dengan pelaku.
- Bangun Sistem Dukungan: Ceritakan situasi Anda kepada orang yang Anda percayai atau cari dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas yang bisa membantu.
- Cari Bantuan Profesional: Konsultasikan dengan terapis atau konselor yang dapat membantu Anda memahami pola trauma bonding dan mendukung pemulihan Anda.
- Tingkatkan Self-Care dan Self-Worth: Fokus pada kesehatan mental dan fisik Anda. Bangun kembali kepercayaan diri Anda dengan melakukan aktivitas yang membuat Anda merasa berharga.
- Pelajari Batasan Sehat: Belajar untuk menetapkan batasan dalam hubungan, agar Anda dapat menghindari pola hubungan yang serupa di masa depan.
Mengatasi trauma bonding memang tidak mudah dan butuh waktu. Memahami bahwa Anda layak mendapatkan hubungan yang sehat dan tidak menyakitkan adalah langkah penting dalam proses pemulihan.